About Me

Foto saya
Hi! My name is Mia Sofianingsih Arief.. ^_^

Jumat, 14 Desember 2012

Love

my artwork 1
Sejak kecil orang-orang di sekitarku selalu menceritakan hal-hal tentang cinta. Memberi tahuku bermacam-macam perasaannya ketika mereka sedang berhadapan dengan cinta. Bagaimana sebuah kebahagian palsu yang tiba-tiba datang membuat mereka membuang jati diri dan memainkan peran agar “si Dia” memberikan perhatiannya kepada mereka. Bagaimana cinta itu membuat mereka melupakan hidup mereka sendiri dan hanya memikirkan dan terobsesi pada “si Dia”. Tapi, pada akhirnya mereka akan menceritakan rasa sakit yang membuat mereka merasa kehilangan hal terpenting dalam kehidupan dan merasa ingin mengakhirinya. Mereka-lah yang memilih pendamping hidupnya, tetapi mereka malah menyesal dengan pilihannya. Yang tersisa sekarang, hanyalah penyesalan. Mereka terpuruk, terjatuh, dan tersiksa oleh batinnya sendiri. Mereka tidak bangkit dan melihat ke depan, dimana ada masa depan yang masih menunggu. Yang mereka lakukan hanyalah menangis dengan penuh rasa penyesalan. Lalu, mereka akan berkata, “De, hati-hati terhadap laki-laki! Mereka semua adalah bajingan!”.
Ahh… Cinta itu aneh. Cinta itu kebahagian yang palsu. Cinta itu menyakitkan. Itulah pemikiranku sejak kecil tentang cinta. Aku selalu membuat dinding untuk membatasi laki-laki yang datang agar mereka tidak terlalu dekat denganku. Karena itu, sejak kecil aku hanya mempunyai sedikit sekali teman laki-laki. Itu juga paling teman sekelas. Pernah aku merasakan cinta. Beberapa kali, tetapi kebanyakan hanya bertahan dalam beberapa hari atau jam saja. Hanya dua kali aku merasakan cinta dalam waktu yang lama.
Pertama ketika berada di SD, aku menyukai teman sekelasku. Aku mengenalnya di TK karena kita berada di TK yang sama. Aku menyukainya karena dia pernah mencium pipiku ketika kita berada di kelas 2. Pernah beberapa kali aku mengungkapkannya ketika kita berada di kelas 6, tetapi dia terus menolak dan malah menghindariku. Pada akhirnya aku sadar bahwa itu hanyalah perasaan yang palsu.
Yang kedua, ketika berada di SMP, aku menyukai teman sekelasku lagi. Dia mirip dengan orang yang aku suka ketika di SD. Takut  dia menjauh, aku terus memendam perasaan ini. Lulus dari SMP, kita masuk ke SMA yang sama. Hanya saja selama SMA kita tidak berada di kelas yang sama. Aku masih memendam perasaan ini. Lulus dari SMA, kita juga masuk ke Perguruan Tinggi yang sama dengan Fakultas yang berbeda.
Kini, setelah beberapa bulan menjalani kuliah, perasaan ini mulai pudar. Aku tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Apakah karena semua ini merupakan sebuah perasaan yang palsu lagi? Apakah karena kita jarang bertemu dan ngobrol lagi? Apakah karena kami berdua sibuk dengan urusan kami sendiri? Aku  tidak tahu.
Tidak lama setelah itu, aku mulai merasakan cinta lagi. Tiba-tiba saja jantungku berdetak kencang ketika aku melihatnya. Padahal ketika pertama kali kami bertemu, dia tidak menarik perhatianku. Malahan aku tidak menyukainya karena beberapa hal. Tetapi, sekarang dia malah membuatku gila. Setiap waktu wajahnya selalu muncul di dalam pikiranku. Di dalam kelas, aku tidak bisa berhenti untuk melihat ke arahnya. Bahkan aku ingin duduk disampingnya agar bisa mengetahui kehidupannya lebih jauh lagi.
Semua ini berawal ketika pertemuan-pertemuan kami yang kebetulan membuatku terus memikirkan dia. Ketika aku sedang kesepian, kami selalu bertemu dan dia menyapaku dengan senyumannya. Awalnya aku hanya merasa dia adalah seorang teman biasa. Tetapi, lama-kelamaan aku tertarik padanya. Aku selalu ingin berada di dekatnya, mengobrol, bercanda, memberinya perhatianku, dan mengetahui segala sesuatu tentang kehidupannya. Perasaan ini bertambah kuat ketika banyak kejadian membuat jarak diantara kami menjadi semakin dekat. Apakah kami memang ditakdirkan untuk bersama? Atau ini semua hanyalah suatu kebetulan saja? Itulah yang aku pikirkan selama kami selalu bersama. Ketika sadar aku telah jatuh cinta dan ingin mengungkapkannya, perlahan dia mulai menjauh. Bukan karena dia sendiri yang menjauh, melainkan banyak hal yang membuat kami terpisah untuk waktu yang lama. Contohnya ketika aku masuk kuliah, dia tidak dan ketika dia masuk kuliah, aku tidak. Sudah beberapa kali hal itu terjadi dan membuatku berpikir, apakah kami ditakdirkan untuk menjalin tali pertemanan saja? Apakah aku tidak bisa masuk kedalam kehidupannya? Arghhh… Semua ini membuatku gila.
Beberapa hari kemudian, aku memutuskan untuk menganggap semua yang telah terjadi diantara kami hanyalah suatu kebetulan yang tidak bermakna bagi kehidupanku. Meskipun tidak bisa membuang perasaan ini, aku akan berusaha untuk menyembunyikannya.